SELAMAT DATANG DI TORAJA___Partner Bisnis Anda Adalah SKM KAREBA

Jumat, 25 Februari 2011

Jadi Wartawan Itu Gampang

Berita dan Feature

Oleh Susandi

Berita

Para jurnalis yang sudah lama berkecimpung di dunia jurnalistik tahu bahwa kadangkala dalam sebuah peristiwa tidak hanya berupa satu buah kejadian saja. Bisa jadi dalam sebuah peristiwa terdiri dari banyak fragmen-fragmen kejadian yang layak diberitakan. Di dalam teknik penulisan berita langsung (straight news), jurnalis akan merangkum semua fakta-fakta itu ke dalam sebuah berita lempang dan singkat. Ini biasanya terjadi pada media-media yang menuntut aktualitas yang tinggi seperti koran, radio, TV dan internet.

Namun media yang tidak begitu diikat oleh waktu seperti tabloid mingguan atau majalah bulanan, jika mereka ikut-ikutan menulis seperti ini, tentu medianya tidak akan laku karena sudah basi. Karena itulah mereka harus menggali berita dari sudut pandang yang unik dengan tema yang awet alias tak lekang oleh waktu.

Sebagai contoh, dalam sebuah bencana di kota Y, terjadi kejadian sebagai berikut:

1. Sambaran petir dan angin badai meruntuhkan atap gedung berlantai lima

2. Runtuhan atap itu menimpa mobil yang sedang melintas

3. Pengemudinya, seorang remaja putri, menginggal dunia

4. Dua penumpang terluka

Aturan dasar dalam menulis berita lempang adalah menempatkan hal-hal yang paling penting di awal berita. Aturan ini tidak menjadi masalah sepanjang kisah ini hanya mempunyai satu peristiwa yang ditekankan. Namun ketika ada banyak peristiwa yang penting juga untuk diberitakan, maka tugas jurnalis menjadi semakin rumit. Untuk mengatasi hal ini, ada dua pilihan yang bisa dilakukan:

1. Merangkum semua fakta –dengan urutan penting ke tidak penting pada paragraf pertama, atau

2. Memberi tekanan pada peristiwa tertentu yang paling penting di awal paragraf.

Jika peristiwa di atas ditulis dalam sebuah berita lempang, hasilnya sebagai berikut:

“Atap sebuah gedung berlantai lima, runtuh setelah tersambar petir dan tersapu angin badai tadi malam. Runtuhan atap itu menimpa mobil yang sedang melintas, sehingga menewaskan Anastasia Suminem (18 tahun) yang mengemudi mobil itu. Sedangkan dua penumpang lainnya menderita luka-luka serius.”

Berita seperti ini biasanya dimuat di koran harian. Namun ketika redaktur tabloid wanita akan mengangkat peristiwa ini, ia harus mencari sudut pandang lain. Ia memberi tugas reporternya untuk mengangkat kisah korban yang meninggal. Inilah hasilnya:

“Seorang remaja putri meninggal dunia (Jumat, 18/4) ketika mobil yang dikendarainya tertimpa atap gedung berlantai lima yang runtuh setelah tersambar petir. Selain itu, dua penumpang yang duduk di belakang menderita luka-luka serius. Saat itu mobil mereka sedang terjebak di kemacetan lalu lintas.

Anastasia Suminem (18 tahun) adalah seorang sekretaris PT. Sukar Maju. Ia sedang melintas jl. Sudirman ketika puluhan kubik bata, kayu, besi dan genting itu menghempas mobilnya. Timbunan material itu meringsekkan badan mobil bagian depan sehingga menewaskan Anastasia seketika itu juga.

Anastasia adalah seorang karyawati yang menuru penuturan Kristina, rekan kerjanya adalah karyawan periang yang tidak sungkan-sungkan memberi bantuan pada orang lain. Sifat suka menolongnya ini tercermin ketika ia menawarkan untuk mengantarkan pulang Yosafat Tukiyo (23 th) dan Maria Magdalena Pariyem (20 th). Padahal arah rumah Anastasia berlawanan dengan kedua rekannya ini.. …. “ kisah selanjutnya menceritakan tentang Anastasia.

Sementara itu, editor majalah bulanan memandangnya dari sisi lain. Ia tertarik pada petir yang menyambar pada saat jam-jam sibuk. Pada saat itu, jalanan macet karena banyak orang pulang kantor pada waktu yang bersamaan. Untuk itu, ia menugaskan anak buahnya untuk mewawancarai pakar Cuaca dan mencari informasi seputar perilaku petir.

Nah, begitulah. Untuk peristiwa yang sama, kita bisa menuliskan dalam dua atau lebih berita yang berbeda. Inilah yang disebut pemilihan sudut berita atau news angle. Pemilihan news angle sebuah media ini biasanya dipengaruhi oleh kebijaksanaan redaksional dan karakteristik pembacanya. Masih ingat kecelakaan tragis Lady Di? Untuk peristiwa yang sama, sebuah tabloid gosip mengangkat sisi perselingkuhan, majalah bulanan mengupas ulah para Paparazi ,sedangkan majalah berita berusaha menelusuri penyebab kecelakaan. Berbeda-beda ‘kan?

Ketika sebuah media sudah mendapat point of interest dari sebuah kisah, mereka akan memusatkan perhatian pada satu hal itu saja. Mereka mengumpulkan dan menggali fakta di balik berita lempang untuk disusun menjadi sebuah berita kisah atau news feature. Karena relatif tidak terikat oleh waktu, penulis berita kisah punya kesempatan untuk menyusun kalimat yang menghidupkan imajinasi pembaca. Tulisan ini menarik perhatian pembaca hingg masuk ke dalam cerita itu dengan membantu mengidentifikasi diri dalam tokoh utama. Feature dapat menyentuh emosi pembaca sehingga mereka penasaran, skpetis, kagum, heran, tertawa, menangis, dongkol, senang dsb.

Menurut Wiliamson, “Feature adalah tulisan kreatif yang terutama dirancang untuk memberi informasi sambil menghibur tentang suatu kejadian situasi atau aspek kehidupan seseorang”. Masih kata Wiliamson, feature menekankan unsur kreativitas (dalam penciptaan), informatif (isinya) dan menghibur (gaya penulisannya) dan boleh subyektif (penuturannya). Ketiga syarat utama ini mutlak ada dalam feature, sedangkan unsur subyektifitas tidak mutlak. Kalau ada juga boleh, terutama untuk feature sisi manuniawi (human interest).

Tips Menulis Berita

Berikut ini adalah tips dalam menulis berita:

1. Tulislah berita yang menarik dengan menerapkan gaya bahasa percakapan sederhana . Tulislah berita dengan lead yang bicara. Untuk menguji lead anda “berbicara” atau “bisu” cobalah dengan membaca tulisan yang dihasilkan. Jika anda kehabisan nafas dan tersengal-sengal ketika membaca maka led anda terlalu panjang.

2. Gunakan kata/Kalimat Sederhana. Kalimat sederhana terdiri dari satu pokok dan satu sebutan. Hindari menulis dengan kata keterangan dan anak kalimat. Ganti kata-kata yang sulit atau asing dengan kata-kata yang mudah. Bila perlu ubah susunan kalimat atau alinea agar didapat tulisan yang “mengalir”. Ingat KISS (Keep It Simple and Short)

3. Hindari kata-kata berkabut. Kata-kata berkabut adalah tulisan yang berbunga-bunga, menggunakan istilah teknis, ungkapan asing yang tidak perlu dan ungkapan umum yang kabur. Yang diperlukan BI ragam jurnalistik adalah kejernihan tulisan (clarity).

4. Libatkan pembaca. Melibatkan pembaca berarti menulis berita yang sesuai dengan kepentingan, rasa ingin tahu, kesulitan, cita-cita, mimpi dan angan-angan. Tapi ingat: jangan sampai terjebak menulis dengan gaya menggurui atau menganggap enteng pembaca. Melibatkan pembaca berarti mengubah soal-soal yang sulit menjadi tulisan yang mudah dimengerti pembaca. Melibatkan pembaca juga didapat dengan menulis sesuai rasa keadilan yang hidup di masyarakat.

5. Gantilah kata sifat dengan kata kerja.

Baca kalimat ini: “Seorang perempuan tua yang kelelahan bekerja di sawahnya!”

Bandingkan dengan: “Seorang perempuan tua membajak, kepalanya merunduk, nafas-Nya tersengal-sengal!”

6. Gunakan kosakata yang tidak memihak

Baca kalimat ini: Seorang ayah memperkosa anak gadisnya sendiri yang masih Berusia 12 tahun

Bandingkan dengan: Perkosaan menimpa anak gadis yang berusia 12 tahun.

7. Hindari pemakaian eufemisme bahasa.

Baca kalimat: Selama musim kemarau terjadi rawan pangan di Gunung Kidul

Bandingkan dengan: Selama musim kemarau terjadi kelaparan di Gunung Kidul

Untuk membuat posting-an berita/artikel diharapkan kita sebagai warga masyarakat yang bermoral baik dan bertanggung jawab, mampu memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Untuk berita/artikel yang diambil dari sumber lain, mohon disertakan sumber berita/artikel tersebut. Jangan lupa untuk memberikan informasi sedetil mungkin agar informasi anda bermanfaat bagi kita semua. Beberapa tips untuk membuat berita:

1. Apa yang terjadi?

2. Kapan terjadinya?

3. Siapa saja yang terlibat?

4. Sebab musabab terjadinya?

5. Bagaimana kisah terjadinya?

Jenis-jenis Lead

Hubungan antara lead dan sudut berita begitu memaksa reporter untuk memikirkan lead sejak masih di lapangan. Bahkan, penentuan lead di lapangan sangat membantu mengarahkan pengumpulan bahan. Di bagian ini akan kita coba uraikan 16 buah lead disertai contoh yang membantu.

1. Lead PASAK (Peg)

Apakah yang menjadi gara-gara atau pelatuk peristiwanya? Misalnya, ada berita seorang Ibu yang putus asa karena ditinggal suami kawin lagi. Nah, pelaku peristiwa inilah yang akan menjadi lead. Putus asa karena ditinggal suami yang kawin lagi, seorang Ibu tega menggantung tiga anaknya kemarin siang di Cipanas. Ketiga korban berumur 4, 6, dan 8 tahun itu masih berpakaian seragam sekolah lengkap.

2. Lead KONTRAS

Ada berita terpilihnya TD Pardede sebagai Ketua Asosiasi Pengusaha Tekstil Indonesia di sebuah hotel mewah di Jakarta. Padahal, TD Pardede sedang berada di Medan. Selama ini TD Pardede dikenal orang sederhana, tidak kaya, namun ia terpilih sebagai ketua lembaga yang prestise. Di Medan, di kantor yang modern ber-AC, di balik meja tua yang sudutnya bekas terbakar, TD Pardede menerima pemilihannya sebagai Ketua Asosiasi Pengusaha Tekstil Indonesia. Berita itu disampaikan dengan telepon tadi malam dari Jakarta, tempat pemilihan itu berlangsung.

3. Lead PERTANYAAN

Ada berita tentang pemberantasan minuman keras di beberapa kota. Berapa ratus Baileys-kah untuk memulihkan sebuah kebahagiaan? Bismoko (45) bukan nama sebenarnya, salah seorang peminum berat yang kepergok kemarin di salah satu bar Jakarta, menjawab dua botol sekali minum, dua kali sehari, 25 hari sebulan. Ia seorang pengusaha (rekanan pemerintah) yang sukses, tetapi seorang suami yang malang, menurut pengakuannya.

4. Lead DESKRIPTIF

Ada berita tentang gempa bumi yang terjadi di Jakarta. Peristiwa itu terjadi akibat adanya pergeseran lapis bumi di Pantai Pelabuhan Ratu. Gedung […] masih mencakar langit sampai jam 14.35 kemarin, ketika tiba-tiba puncaknya gemetar, hanya satu menit, lalu retak kecil membelah dari atas sampai ke bawah. Tidak seorang pun penghuninya sempat berteriak, tahu-tahu gedung itu sudah berubah jadi puing berlepotan darah, korban gempa berkekuatan gempa pada skala Richter

5. Lead STAKATO

Ada berita tentang perebutan Piala Tommy dalam lomba balap mobil. Ada lima finalis yang dijagokan dalam ajang bergengsi itu. Wus, wus, wus! Lima mobil balap serentak meraung. Kuning-merah-hijau-putih-hitam. Hayo, hayo, hayo! Penonton serentak berteriak dan berjingkrak. Laki-perempuan-tua-muda. Urutan warna tidak berubah. Finish! Mobil kuning sudah pasti menang setelah tikungan maut itu, kemarin sore di sirkuit Sentul.

6. Lead LEDAKAN

Seorang lelaki keriput bagai buah markisa tua tertatih-tatih di tengah peserta seminar parapsikologi kemarin di Jakarta. Tiba-tiba sidang gempar. Lelaki itu menghamburkan serbuk merica ke seluruh ruangan, menyebabkan orang ramai bersin. Dengan itulah seminar resmi dibuka.

7. Lead FIGURATIF

Bagai siang memeluk malam, begitulah perkawinan Firman (27) dan Fiona (54) kemarin sore di Cibubur. Beda usia yang besar tampak tidak mampu membedakan, malah menyamakan keduanya.

8. Lead EPIGRAM (Ungkapan khas)

Sudah diberi hati minta jantung pula. Seorang suami diancam cerai oleh istrinya di PN Jakarta Pusat kemarin pagi. Suami itu dituduh memperkosa anak tirinya, anak si istri dari perkawinan terdahulu, sementara istri membanting tulang dengan berjualan di pasar. Si suami menolak tuduhan. Katanya malah dirinya yang dipaksa oleh anak tirinya.

9. Lead LITERER

Kisah Si Kabayan terulang di Ciputat kemarin sore. Seorang lelaki muda dituduh oleh penduduk mencuri sapi. Lelaki itu membantah. Alasannya, dia hanya memungut tali jerami yang melintang di jalan. Bukan salahnya, kata lelaki itu, jika di ujung tali tersebut terikat seekor sapi.

10. Lead PARODI

Gara-gara terlalu bersemangat mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatan olahraga, rumah pun disatroni maling. Itulah yang menimpa keluarga X ketika seisi rumahnya, termasuk pembantu, meninggalkan rumah untuk lari di Monas Minggu pagi.

11. Lead KUTIPAN

“Akan saya gebuk,” kata Presiden Soeharto kemarin di Boyolali, mereka yang mencoba mengganti presiden dengan cara-cara yang tidak konstitusional.

12. Lead DIALOG/PERCAKAPAN

“Betulkah Saudara mencuri sapi?”

“Tidak Pak Hakim. Saya hanya menarik tali. Eh, tahu-tahu ada anak sapi di ujungnya.” Begitulah dialog hakim dan tersangka kemarin siang di PN Jakarta Selatan.

13. Lead KUMULATIF

Lead kumulatif menyajikan peristiwa secara berurut, membawa pembaca sampai pada antiklimaks peristiwa. Polisi menerima laporan seorang gadis di Menteng, Jakarta Pusat kemarin sore. Konon di rumahnya ada cairan nitrogliserin, bahan pokok pembuat bom. Sepasukan polisi segera datang menggeledah kulkas, tempat cairan itu. Si gadis mengatakan, ia panik saat menerima botol itu dari temannya dan disuruh untuk melemparkannya pada siapa pun yang berani mengganggu. Ketika polisi menemukan dan memeriksanya, benda itu ternyata cuma lem.

14. Lead SUSPENSI (sama persis dengan lead no 13)

15. Lead URUTAN (idem ditto)

16. Lead SAPAAN

Anakku, bagaimana kabarmu di sekolah? Apakah kamu senang belajar bersama teman-temanmu? Ah, tentu kamu senang belajar membaca, menulis, bermain di taman, dan sebagainya. Kisah berikut ini ternyata cuma mimpi bagi Syafitri Mutia, putri kedua Menteri Komunikasi dan Informasi Dr Sofyan A Djalil.

Langkah-langkah Menulis Berita

Setelah menentukan LEAD, kita perlu menginterventarisasi jenis-jenis keterangan yang telah dikumpulkan di lapangan, yaitu JALAN CERITA dari PERISTIWA yang hendak Anda laporkan. Hasil investarisasi inilah yang perlu dibongkar pasang sampai terasa pas dengan JALAN CERITA yang ditemukan. Itulah pula yang jadi sub judul dari berita. Setelah merumuskan LEAD, mulailah kita menata BADAN BERITA. Satu hal yang perlu diingat ialah tempatkanlah hasil inventarisasi yang kurang penting di bagian belakang berita. Semakin kurang penting unsur inventarisasi, semakin ke belakang tempatnya dalam berita. Inilah yang disebut dikenal dengan cara PIRAMIDA TERBALIK.

Singkatnya, ada resep yang bisa Anda tuliskan sebagai berikut:

· Tulislah lead yang “bicara”, yang “bercakap”. Tulislah berita seperti layaknya Anda mengisahkannya secara lisan,

· Tulislah lead pendek, paling banter 30 kata, atau tiga baris ketikan,

· Bila pikiran mulai agak kacau ketika menulis, pilah-pilah lead Anda yang rumit itu dalam dua/tiga kalimat,

· Sebisa mungkin gunakanlah kalimat pernyataan yang sederhana. Usahakan tak lebih dari 20 kata.

· Gunakan kata-kata sederhana, bukan yang berkabut.

· Hindarkan kata-kata teknis, atau istilah asing yang kurang perlu,

· Usahakan kata-kata konkret, “Jangan katakan, tapi tunjukkan”,

· Sebanyak mungkin pakai kata kerja yang aktif, yang menggembarkan tindakan, gerak. Sebisa mungkin hindari kata-kata sifat.

· Berkisahlah untuk pembaca, dan

· Berkisahlah seperti melukis.

Feature

Feature adalah artikel yang kreatif, kadang kadang subyektif, yang terutama dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi in-formasi kepada pembaca tentang suatu kejadian, keadaan atau aspek kehidupan. Feature memungkinkan reporter ‘’menciptakan’’ sebuah cerita. Meskipun masih diikat etika bahwa tulisan harus akurat karangan fiktif dan khayalan tidak boleh, reporter bisa mencari feature dalam pikirannya, setelah mengadakan penelitian terhadap gagasannya itu, ia menulis.

Secara kasar karya jurnalistik bisa dibagi menjadi tiga, pertama stright/spot News berisi materi penting yang harus segera dilaporkan kepada publik (sering pula disebut breaking news) Kedua, news feature, memanfaatkan materi penting pada spot news, umumnya dengan memberikan unsur human/manusiawi di balik peristiwa yang hangat terjadi atau dengan memberikan latarbelakang (konteks dan perspektif) melalui interpretasi.Dan ketiga, feature bertu-juan untuk menghibur melalui penggunaan materi yang menarik tapi tidak selalu penting.

Dalam persaingan media yang kian ketat tak hanya antar media cetak tapi juga antara media cetak dengan televisi, straight/spot news seringkali tak terlalu me-mu-askan. Spot news cenderung hanya berumur sehari untuk kemudian dibuang, atau bahkan beberapa jam di te-levisi. Spot news juga cenderung menekankan seka-dar unsur elementer dalam berita, namun melupakan back-ground. Kita memerlukan news feature, perkawinan an-tara spot news dan feature. Karena tradisi ini relatif baru, kita perlu terlebih dulu memahami apa unsur-unsur dan aspek mendasar dari feature.

1. a. Subyektifitas

Beberapa feature ditulis dalam bentuk ‘’aku’’, sehingga memungkinkan reporter memasukkan emosi dan piki-rannya sendiri. Meskipun banyak reporter, yang dididik dalam reporting obyektif, hanya memakai teknik ini bila tidak ada pilihan lain, hasilnya enak dibaca. Tapi, reporter-reporter muda harus awas terhadap cara seperti itu. Kesalahan umum pada reporter baru adalah kecenderungan untuk menonjolkan diri sendiri lewat pe-nulisan dengan gaya ‘’aku’’. Kebanyakan wartawan ka-wakan memakai pedoman ini: ‘’Kalau Anda bukan tokoh utama, jangan sebut-sebut Anda dalam tulisan Anda.’’

1. b. Informatif

Feature, yang kurang nilai beritanya, bisa memberikan informasi kepada masyarakat mengenai situasi atau aspek kehidupan yang mungkin diabaikan dalam penu-lisan berita biasa di koran. Misalnya tentang sebuah Mu-seum atau Kebun Binatang yang terancam tutup. Aspek informatif mengenai penulisan feature bisa juga dalam bentuk-bentuk lain. Ada banyak feature yang enteng-enteng saja, tapi bila berada di tangan penulis yang baik, feature bisa menjadi alat yang ampuh. Feature bisa menggelitik hati sanubari manusia untuk menciptakan perubahan konstruktif.

1. c. Menghibur

Dalam 20 tahun terakhir ini, feature menjadi alat penting bagi surat-kabar untuk bersaing dengan media elektronika. Reporter suratkabar mengakui bahwa me-reka tidak akan bias ‘’mengalahkan’’ wartawan radio dan televisi untuk lebih dulu sampai ke masyarakat. War-tawan radio dan TV bias mengudarakan cerita besar hanya dalam beberapa menit setelah mereka tahu. Se-mentara itu wartawan koran sadar, bahwa baru beberapa jam setelah kejadian, pembacanya baru bisa tahu sesuatu kejadian setelah koran diantar.

Wartawan harian, apalagi majalah, bisa mengalahkan radio dan TV, dengan cerita eksklusif. Tapi ia juga bisa membuat versi yang lebih mendalam (in depth) menge-nai cerita yang didengar pembacanya dari radio. Dengan patokan seperti ini dalam benaknya, reporter selalu mencari feature, terhadap berita-berita yang paling hangat. Cerita feature biasanya eksklusif, sehingga tidak ada kemungkinan dikalahkan oleh radio dan TV atau koran lain.

Feature memberikan variasi terhadap berita-berita ru-tin seperti pembunuhan, skandal, bencana dan perten-tangan yang selalu menghiasi kolom-kolom berita, feature bias membuat pembaca tertawa tertahan.

Seorang reporter bisa menulis ‘’cerita berwarna-warni’’ untuk menangkap perasaan dan suasana dari sebuah peristiwa. Dalam setiap kasus, sasaran utama adalah bagaimana menghibur pembaca dan memberikan kepadanya hal-hal yang baru dan segar.

1. d. Awet

Menurut seorang wartawan kawakan, koran kemarin hanya baik untuk bungkus kacang. Unsur berita yang se-muanya penting luluh dalam waktu 24 jam. Berita mudah sekali ‘’punah’’, tapi feature bisa disimpan berhari, ber-minggu, atau berulan bulan. Koran-koran kecil sering membuat simpanan ‘’naskah berlebih’’ kebanyakan feature. Feature ini diset dan disimpan di ruang tata mu-ka, karena editor tahu bahwa nilai cerita itu tidak akan musnah dimakan waktu. Dalam kacamata reporter, feature seperti itu mem-punyai keuntungan lain. Tekanan deadline jarang, sehi-ngga ia bisa punya waktu cukup untuk mengadakan riset secara cermat dan menulisnya kembali sampai mem-punyai mutu yang tertinggi.

Sebuah feature yang mendalam memerlukan waktu cu-kup. Profil seorang kepala polisi mungkin baru bisa dipe-roleh setelah wawan-cara dengan kawan-kawan seker-janya, keluarga, musuh-musuhnya dan kepala polisi itu sendiri. Diperlukan waktu juga untuk mengamati tabiat, reaksi terhadap keadaan tertentu perwira itu.

Singkat kata, berbeda dengan berita, tulisan feature memberikan penekanan yang lebih besar pada fakta-fakta yang penting, fakta-fakta yang mungkin merang-sang emosi (menghibur, memunculkan empati, disampil tetap tidak meninggalkan unsure informatifnya). Karena penakanan itu, tulisan feature sering disebut kisah hu-man interest atau kisah yang berwarna (colourful).

Teknik penulisan feature

Jika dalam penulisan berita yang diutamakan ialah pe-ngaturan fakta-fakta, maka dalam penulisan feature kita dapat memakai teknik ‘’mengisahkan sebuah cerita’’. Memang itulah kunci perbedaan anta-ra berita ‘’keras’’ (spot news) dan feature. Penulis feature pada hakikatnya adalah seorang yang berkisah. Penulis melukis gambar dengan kata-kata: ia meng-hidupkan imajinasi pembaca; ia menarik pembaca agar masuk ke dalam cerita itu dengan membantunya mengidentifikasikan diri dengan tokoh utama.

Penulis feature untuk sebagian besar tetap menggu-nakan penulisan jurnalistik dasar, karena ia tahu bahwa teknik-teknik itu sangat efektif untuk berkomunikasi. Tapi bila ada aturan yang mengurangi kelinca-hannya untuk mengisahkan suatu cerita, ia segera menerobos aturan itu. ‘’Piramida terbalik’’ (susunan tulisan yang meletakkan informasi-informasi pokok di bagian atas, dan informasi yang tidak begitu penting di bagian bawah – hingga mu-dah untuk dibuang bila tulisan itu perlu diperpendek) se-ring ditinggalkan.

Jenis-jenis Feature

Feature kepribadian

Profil mengungkap manusia yang menarik. Misalnya, tentang seseorang yang secara dra-matik, melalui ber-bagai liku-liku, kemudian mencapai ka-rir yang istimewa dan sukses atau menjadi terkenal ka-rena kepribadian mereka yang penuh warna. Agar efektif, profil seperti ini harus lebih dari sekadar daftar pen-capaian dan tanggal tanggal penting dari kehidupan si individu. Profil harus bisa mengung-kap karakter manusia itu.

Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan, penulis feature tentang pribadi seperti ini seringkali harus meng-amati subyek mereka ketika bekerja; mengunjungi ru-mah mereka dan mewawancara teman-teman, kerabat dan kawan bisnis mereka. Profil yang komplit sebaiknya disertai kutipan-kutipan si subyek yang bisa menggam-barkan dengan pas karakternya. Profil yang baik juga bisa memberikan kesan pada pembacanya bahwa me-reka telah bertemu dan berbicara dengan sang tokoh.

Banyak sumber yang diwawancara mungkin mengungkap rahasia pribadi atau anekdot tentang si subyek. Tapi, banyak sumber lebih suka meminta agar identitasnya dirahasiakan. Informasi sumber-sumber itu penting untuk emberikan balans dalam penggambaran si tokoh.

Feature sejarah

Feature sejarah memperingati tanggal-tanggal dari pe-ristiwa penting, seperti proklamasi kemerdekaan, pem-boman Hiroshima atau pem-bunuhan jenderal-jenderal revolusi. Koran juga sering menerbitkan feature peri-ngatan 100 tahun lahir atau meninggalnya seorang tokoh.

Kisah feature sejarah juga bisa terikat pada peristiwa-peristiawa mutakhir yang memangkitkan minat dalam topik mereka. Jika musibah gunung api terjadi, koran sering memuat peristiwa serupa di masa lalu. Feature sejarah juga sering melukiskan landmark (monumen/gedung) terkenal, pionir, filosof, fasilitas hiburan dan me-dis, perubahan dalam komposisi rasial, pola perumahan, makanan, industri, agama dan kemakmuran.

Feature petualangan

Feature petualangan melukiskan pengalaman-pe-ngalaman istimewa dan mencengangkan mungkin pengalaman seseorang yang selamat dari sebuah ke-celakaan pesawat terbang, mendaki gunung, berlayar keliling dunia pengalaman ikut dalam peperangan.

Feature musiman

Reporter seringkali ditugasi untuk menulis feature tentang musim dan liburan, tentang Hari Raya, Natal, dan musim kemarau. Kisah seperti itu sangat sulit ditulis, karena agar tetap menarik, reporter harus menemukan angle atau sudut pandang yang segar.

Feature Interpretatif

Feature dari jenis ini mencoba memberikan deskripsi dan penjelasan lebih detil terhadap topik-topik yang telah diberitakan. Feature interpretatif bisa menyajikan sebu-ah organisasi, aktifitas, trend atau gagasan tertentu. Mi-salnya, setelah kisah berita menggambarkan aksi tero-risme, feature interpretatif mungkin mengkaji identitas, taktik dan tujuan terorisme. Berita memberikan gagasan bagi ribuan feature semacam ini. Setelah perampokan bank, feature interpretatif bisa saja menyajikan tentang latihan yang diberikan bank kepada pegawai untuk me-nangkal perampokan.

Feature kiat (how-to-do-it feature)

Feature ini berkisah kepada pembacanya bagaimana melakukan sesuatu hal: bagaimana membeli rumah, menemukan pekerjaan, bertanam di kebun, mereparasi mobil atau mempererat tali perkawinan. Kisah seperti ini seringkali lebih pendek ketimbang jenis feature lain dan lebih sulit dalam penulisannya. Re-porter yang belum berpengalaman akan cenderung men-ceramahi atau mendikte pembaca — memberikan opini mereka sendiri bukannya mewawancara sumber ahli dan memberikan advis detil dan faktual.

Tips Singkat Menulis Features

Menulis features seperti halnya menulis karya nonfiksi lainnya, seperti artikel, esai, laporan penelitian, dsb. Ia tetap ditulis dengan menggunakan data atau referensi. Namun, ia sangat berbeda dengan berita lempang (hard news) di surat kabar. Features cenderung dipaparkan secara hidup sebagai pengungkapan daya kreativitas, kadang-kadang dengan sentuhan subjektivitas si penulis terhadap peristiwa, situasi, dsb.

Dalam bukunya Features Writing for Newspaper (1975), DR Williamson berujar, features ialah tulisan kreatif yang terutama dirancang guna memberi informasi sambil menghibur tentang suatu kejadian situasi, atau aspek kehidupan seseorang. Dengan demikian, features bisa dianggap tulisan yang lebih ringan dibandingkan dengan berita atau artikel opini. Kekhasan features terletak pada empat point:

• Kreativitas (dalam hal menciptakannya),

• Informatif (dalam hal isinya),

• Menghibur (dalam hal gaya penulisannya), dan

• Boleh subjektif (dalam hal cara penuturannya).

Jenis-jenis Features dalam Surat Kabar

Features yang ditulis di surat kabar sangat beragam. Paling sedikit, ada tiga macam features, yakni (1) features berita (news features), (2) feature ilmu pengetahuan (science feature), dan (3) features minat manusia (human interest features).

Pertama, features berita biasanya muncul bersamaan dengan terjadinya suatu peristiwa. Dalam hal ini, news features lebih membicarakan kejadian dari peristiwa tersebut dengan disertai proses timbulnya kejadian itu.

Kedua, features ilmu pengetahuan biasanya dikemukakan dengan cukup berbobot. Ciri tulisan ini ditandai oleh kedalaman pembahasan dan objektivitas pandangan yang dikemukakan. Features jenis juga bisa kita baca di beberapa koran dan majalah, seperti Kompas, Tiara, Trubus, Intisari, Info Komputer, dsb.

Ketiga, features minat manusia yakni jenis features yang lebih banyak menuturkan situasi yang menimpa orang, dengan cara penyajian tulisan yang menyentuh hati dan menyentil perasaan.

Mengingat features itu pada dasarnya lebih mengandalkan pada tuturan kejadian, situasi, peristiwa, atau proses juga terjadinya suatu peristiwa, maka dalam menyajikan tulisan, features harus jelas dan juga logis (masuk akal). Selain itu, features janganlah bersifat menggurui dan sejenisnya. Diharapkan, penulisan features akan lebih menarik jika ia dibiarkan bercerita sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

Menulis features pada intinya seperti menulis berita di surat kabar (baca hard news, ‘berita lempang’). Artinya, ia harus mengandung enam unsur berita, yakni (1) What, (2) Who, (3) When, (4) Where, (5) Why, dan (6) How. Rumusan ini biasa disingkat menjadi “5W 1H”. Sebelum kita menginjak ke tahap Penulisan, ada baiknya kita tahu tahap-tahap sebelumnya. Seorang wartawan/penulis yang baik, setidaknya mesti melakukan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Menemukan peristiwa dan jalan cerita,

2. Cek, ricek, dan triple cek jalan cerita,

3. Memastikan sudut berita (point of view),

4. Menentukan lead atau intro/bagian pembuka, dan

5. Menulis berita.

Selain keterampilan memberikan laporan yang bersifat hardnews, seorang jurnalis sebaiknya memiliki kemampuan membuat feature. Jika dalam menyusun laporan yang sifatnya lugas, prinsip 5W 1H menonjol, maka dalam laporan bersifat feature kaidah itu tidak selalu pas.

Berita lebih menekankan kepada angle yang disesuaikan dengan kebijakan editorial, maka laporan yang bersifat feature lebih dalam lagi. Seorang wartawan yang menyusun sebuah feature biasanya memiliki pemahaman yang kuat terhadap kebijakan editorial sebuah surat kabar atau majalah atau media elektronik.

Berita kebakaran misalnya. Dengan mengandalkan prinsip 5W 1 H maka seorang jurnalis tinggal melihat mana angle yang tepat. Apakah dia akan mengangkat gedungnya yang terbakar karena museum? Atau apakah dia akan mengangkat soal korbannya karena dari satu rumah jompo semuanya meninggal dilalap api. Setiap jurnalis akan berbeda dalam mengangkat lead beritanya.

Feature berbeda dengan berita biasa. Di dalam penulisan feature faktor manusiawi lebih menonjol dibandingkan berita yang sifatnya lugas. Berita yang sudah terlambat tetapi layak diangkat lagi, misalnya tingkat pembunuhan di Jakarta, bisa menjadi feature menarik akhir pekan misalnya berdasarkan sedikit riset.

Untuk menulis feature ada beberapa hal penting.

1. Feature menekankan aspek penyajian yang menyentuh hati, bukan hanya informasi. Sebuah feature yang baik adalah laporan yang disusun berdasarkan konsep untuk memperkuat appeal terhadap pembaca. Nasib naas seorang pemulung yang meninggal ditabrak mobil mewah dimana ternyata dia meninggalkan keluarga dengan anak lima, misalnya, akan menyentuh pembaca untuk membantu keluarga yang ditinggalkannya. Sentuhan terhadap perasaan pembaca ini bisa dimulai dari kalimat pertama. Misalnya, canda dan tawa dua anak dari korban tabrakan itu seolah melupakan duka ayahnya yang tidak bisa ditemui lagi esok harinya. Sudut pandang penulis melihat nasib keluarganya ditambah data statisik mengenai jasa pemulung membersihkan kota Jakarta, contohnya, membuat feature itu akan menarik.

1. Sajikan fakta-fakta yang kuat. Anda tidak hanya harus membuat feature dengan menyentuh tetapi buatlah fakta dalam konteks yang kuat. Seorang pemulung yang meninggal dalam kecelakaan lalu lintas bisa diangkat sebagai masalah ketidakberdayaan kaum papa di jalan. Berapa korban tabrakan di Jakarta per bulan atau per tahun ? Feature akan memiliki nilai tinggi, meskipun dirangkum dalam dua kalimat. Atau bisa pula berapa pemulung di Jakarta menurut taksiran. Angka-angka akan memperkuat bobot feature.

1. Selain menempatkan kasus dalam konteks lebih luas, feature juga sebaiknya penuh dengan warna. Percakapan, cerita dan penuturan yang mengalir merupakan kunci penting menuangkan sebuah karya jurnalistik dalam bentuk feature. Dalam kasus pemulung yang meninggal tadi, jika penulisnya turun ke jalan berbincang dengan keluarga dan kerabat serta rekan-rekannya, maka percakapan itu akan berarti banyak dalam mengekspresikan kesedihan mereka. Si pemulung yang meninggal misalnya seorang yang jujur dan sopan. Dia tidak pernah ceroboh di jalan. Beberapa kalimat dari lokasi kejadian akan meningkatkan kualitas feature.

1. Selain membuka dengan kalimat yang menyedot pembaca masuk ke dalam, jalinlah ceritanya untuk tetap mendorong pembacanya mengikuti sampai akhir. Dengan menuliskan feature mengikuti kaidah cerita maka pembaca dihadapkan pada sebuah kisah kehidupan yang nyata tetapi berwarna di dalamnya. Pembuka yang kuat ditambah dengan tubuh feature yang berwarna disertai penutup yang mengguncangkan pembacanya akan memberikan daya tarik tersendiri feature Anda. Tidak perlu seorang jurnalist menuangkan dengan kata-kata yang superlatif, cukup menulis fakta, menyampaikan ekspresi keluarga dan kerabat korban dan diakhiri dengan beratnya perjuangan hidup pemulung di tengah bahaya lalu lintas, akan menjadikan feature tersebut layak dibaca tuntas. (***)

1 komentar:

  1. Mantap.
    Agar lebih enak, artikelnya di bagi2 jadi bagian2..biar tak bosan membaca ampe abis...

    salama'

    BalasHapus