SELAMAT DATANG DI TORAJA___Partner Bisnis Anda Adalah SKM KAREBA

Sabtu, 05 Maret 2011

Perut Bumi Toraja Kaya Mineral


Nama lengkapnya, Ir. JR Pasorong. Lahir di Makale 84 tahun yang lalu, tepatnya 6 November 1927. Pernah menjadi guru selama beberapa tahun, kakek dari 22 cucu dan 6 cicit ini kemudian banting setir ke dunia pertamba-ngan. Hal ini dipicu oleh sebuah pengalaman kecil ketika dia bersekolah di Schakel School (SS : sekolah Belanda setingkat SMP) di Makale. Saat itu, dia membaca buku Ilmu Bumi yang menyatakan salah satu tempat di dunia yang menyimpan banyak potensi bahan mineral Tembaga, terletak di Sasak, Tana Toraja, Sulawesi Selatan.

“Sebelum tahun 1942 saat saya sekolah di SS, orang Belanda sudah memetakan bahwa di Sasak itu ada Tembaga,” ujar Pasorong mencoba mengingat masa-masa dimana dia mulai tertarik dengan dunia pertambangan.

Usai menamatkan pendidikan di MULO Makale tahun 1948, Pasorong mencoba peruntungan dengan menjadi guru sekolah dasar selama tiga tahun dengan tempat yang berpindah pindah di Makale, Minanga dan terkhir di Bau. Kemu-dian dia hijrah ke Jakarta dan menjadi guru pada Perguruan KRJS Jakarta. Dia menghabiskan waktu selama kurang lebih dua tahun di tempat itu. Namun pekerjaan itu kemudian ditinggalkan. Minatnya yang begitu tinggi terhadap dunia tambang utamanya mineral yang terkandung dalam perut bumi Toraja, membuat dia memutuskan untuk menjejakkan kakinya di Istitut Teknologi Bandung (ITB), jurusan Tambang Umum. “Rupanya panggilan saya memang bukan menjadi guru,” katanya.

Pasorong yang merupakan putra pertama Toraja alumni ITB dalam bidang pertambangan, bergabung dengan PT Aneka Tambang pada tahun 1962, segera setelah menyele-saikan pendidikannya. Menurut dia, awalnya PT Aneka Tambang bukan-lah pihak yang pertama kali menge-lolah tambang Nikel di Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Yang pertama menemukan area tambang di Pomalaa itu adalah orang Toraja bernama Sampetoding, yang mengelolah tambang itu dibawah bendera PT Perto. Namun area tambang itu kemudian diambil alih oleh pemerintah melalui Badan Pertambangan Umum (BPTU).

“Saya adalah salah satu negosiator antara PT Antam dengan PT Perto. Karena tahu bahwa saya orang Toraja dan saya menjamin semua karyawan PT Perto, yang kebanyakan orang Toraja itu, kelak akan diipekerjakan di Aneka Tambang sehingga Pak Sampetoding akhirnya mengijinkan Aneka Tambang masuk ke Pomalaa,” urai Pasorong.

Pasorong pun mulai merintis kariernya di PT Aneka Tambang sejak tahun 1962 sampai tahun 1983. Namun selama 21 tahun kariernya di PT Aneka Tambang, dia tidak saja ditempatkan di Pomalaa, namun beberapa kali menjadi pionir mendirikan beberapa unit pertam-bangan di bawah bendera PT Aneka Tambang, seperti tambang emas Cikotok Bandung, tambang nikel di Soroako, dan tambang emas Logas di Riau. “Saya salah satunya yang ikut merintis dan membangun tambang tambang tersebut,” ujarnya.

Di sela-sela kesibukannya di Aneka Tambang, Pasorong tetap teringat kampung halamanya-Tana Toraja- dan mencuri waktu untuk meninjau dan mengeksplorasi beberapa jenis bahan tambang di Toraja. Dia sungguh meyakini bahwa cara ter-cepat untuk membangun kampung halamannya adalah melalui dunia tambang. Dia melakukan eksplorasi dengan berbekal peta pertambangan yang dibuat pemerintah Belanda. Peta itu, katanya, tidak utuh, hanya sebagian kecil saja yang berhasil dia selamatkan saat PT Aneka Tambang melakukan pembersihan gudang. Di dalam peta yang sepotong itu, dia menemukan daerah Sasak di Bittuang dan Sangkaropi di Sa’dan. Kedua daerah ini, katanya, memiliki kandungan Tembaga yang sangat banyak.

“Saya ambil itu peta kemudian saya pelajari dan melakukan penin-jauan awal ke Sasak dan Sangkaropi. Menurut tinjauan awal itu, kandu-ngan Tembaga yang ada di dua tempat ini cukup besar. Akhirnya saya cari pemodal untuk melakukan eksplo-rasi,” jelasnya.

Pada tahun 1970, di bawah ben-dera PT Logam Sulawesi, Pasorong memimpin eksplorasi di Sasak dan Sangkaropi. Dalam ekspolrasi awal itu, Pasorong sudah mengetahui bahwa di bawah perut bumi Sasak terdapat banyak emas dan tembaga. Namun mereka menghadapi kendala kelistrikan, karena waktu itu listrik di Toraja masih sangat terbatas, baru mencapai daerah perkotaan saja dengan daya yang sangat minim. Akhirnya, saat menghadap ke Menteri Pertambangan dan PLH, Pasorong bertemu dengan seorang putra Toraja lainnya bernama Halim, yang ahli di bidang kelis-trikan. Bersama Halim ini, Paso-rong menemu-kan potensi sumber daya air sungai Sa’dan untuk dijadikan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di dae-rah Pa’buaran/Makale Selatan (Malea-seka-rang).

“Menurut Halim, potensi air sungai Sa’dan sangat bagus untuk listrik. Menurut perhitungan Halim, bukan hanya kebutuhan kegiatan pertam-bangan saja yang bisa dilayani oleh PLTA di Malea, sampai seluruh Toraja pun bisa dilayani, bahkan sampai di beberapa daerah tetangga,” jelasnya.

Setelah mengetahui potensi sungai Sa’dan yang begitu besar, Pasorong bersama Halim, mengh-adap bupati Tana Toraja, yang saat itu dijabat oleh AYK Andi Lolo. Singkat cerita, mereka sepakat, Halim mengurus listrik, Pasorong mengu-rus proses eksplorasi, dan pemerin-tah mengurus ijin penambangan ke Menteri Pertambangan dan KLH. Namun proses perijinan rupanya tidak semudah yang dibayangkan, sehingga Tembaga dan mineral ikutan di Sasak maupun Sangkaropi masih terkatung katung hingga sekarang.

Potensi Tambang Toraja

Menurut Pasorong, sesuai hasil investigasi dan eksplorasi yang dilakukan tahun 1972, setidaknya terdapat beberapa titik lokasi di Toraja yang memiliki kandungan mineral, baik mineral logam maupun mineral industri. Selain Sasak dan Sangka-ropi, beberapa lokasi lain, seperti Balepe’ kecamatan Malimbong Balepe’, Uluwai kecamatan Mengken-dek, Bau kecamatan Bonggakara-deng, Riu – sebelah utara Sangkaropi, dan beberapa lokasi lainnya yang menyimpan banyak mineral.

Mineral non logam yang banyak terdapat di Toraja, diantaranya pasir kwarsa dan tanah liat. Pasir kwarsa bisa digunakan untuk pemisahan material tanah dari logam di pertam-bangan, juga bisa untuk bahan bangunan seperti batu-bata. Sedang-kan tanah liat bisa digunakan untuk membuat keramik dan tembikar.

Di Sasak misalnya, mineral yang paling banyak di tempat itu adalah emas, yang kadarnya paling tinggi, yakni 24 karat. Selain emas, juga ada mineral ikutan, seperti tembaga, perak, seng, timah hitam, dan biji besi. Jenis bahan tambang yang sama juga terdapat di Bau, Bonggaka-radeng. Menurut Pasorong, beberapa kali orang-orang kepercayaan PT Newtmon Sulawesi pernah menda-tangi dirinya untuk membicarakan masalah potensi emas yang ada di Sasak. Hanya saja, karena suatu sebab tertentu sehingga PT Newmont urung masuk ke Toraja.

“Pada hal potensi emas kita cukup banyak dan cukup untuk penamba-ngan kapasitas besar, ada juga sedikit batu bara,” tegas Pasorong.

Diungkapkan Pasorong, kandu-ngan mineral logam maupun non logam di Toraja cukup besar dan cukup untuk membuat daerah ini makmur. Hanya saja tempatnya terpisah-pisah dengan kapasitas yang berbeda-beda.

“Soal tempatnya yang tersebar sebenarnya bukan masalah. Kalau ada satu perusahaan induk yang buka tambang di Sasak atau Sangkaropi misalnya, dia bisa buka anak-anak perusahaan yang menambang di Balepe’, Bau, Uluwai, dan tempat lainnya,” jelasnya.

Yang menjadi persoalan, kata Pasorong, pemerintah harus pro aktif untuk membuka jaringan tambang ke mana-mana. Pemerintah juga harus memilik data-data pasti mengenai potensi tambang yang ada. Join partner dengan pihak swasta juga tidak ada salahnya. Kemudian, sarana dan pra sarana pendukung, seperti jalan, jembatan, listrik, dan bandar udara juga harus disiapkan.

“Tambang membuka banyak peluang ekonomi lain. Bukan saja meningkatkan taraf hidup dan jaminan sosial para pekerjanya, tetapi masyarakat di sekitarnya ikut menik-mati. Pemerintah juga,” ujarnya.

Yang menjadi persoalan utama pertambangan, kata Pasorong, biasanya berkaitan dengan ijin pertambangan. Yang berikut masalah lingkungan hidup. Namun ini semua bisa teratasi jika pemerintah memiliki kemauan untuk melakukannya termasuk membangun dialog yang komprensif dengan para pemerhati Lingkungan . “Tinggal ikuti saja prosedurnya, jaga lingkungan, rekonstruksi kembali lahan yang gersang, dan memberikan jaminan akan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, saya kira tidak ada masalah,” tambahnya.

Menurut Pasorong, yang kini hidup tenang menikmati masa tuanya di Tinoring, Mengkendek, sayang sekali kalau mineral yang terkandung dalam perut bumi Toraja tidak bisa dimanfaatkan demi kesejahteraan masyarakat. Orang Toraja, katanya, tidak perlu jauh-jauh pergi merantau ke Kalimantan atau Papua kalau ada tambang di Toraja. Ribuan tenaga kerja akan dibutuhkan, belum lagi akan mendorong tumbuhnya berbagai jenis industri pendukungnya yang juga membu-tuhkan tenaga kerja. “Kuncinya ada dikemauan kita semua, masyarakat, dunia swasta, intelektual, perantau, dan pemerintah untuk membawa daerah ini lebih baik. Saya siap mendukungnya,” pungkasnya. (aka)

Ir. J.R Pasorong

Lahir di Makale, 6 November 1927

Anak: 12 orang; Cucu: 22 orang; Cicit : 6 orang

Pendidikan:

Volksschoo tahun 1936; Schakel School tahun 1942; Kiyoim Yoseijo tahun 1943; MULO tahun 1948; AMS tahun 1951; Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1962

Riwayat Pekerjaan:

Guru SD di Makale tahun 1943 - 1946

Guru Perguruan KRJS Jakarta tahun 1952 – 1954

Karyawan PT Aneka Tambang mulai tahun 1962 – 1983

Pernah bekerja pada beberapa tambang, seperti:

- Tambang emas Cikoto Jawa Barat tahun 1962 – 1963

- Tambang Nikkel Pomalaa Sultra tahun 1963 – 1966

- Tambang Emas Logas Riau tahun 1966 – 1967

- Tambang Nikkel Soroako Sulsel tahun 1967 – 1969

- Tambang Tembaga Sasak Sangkaropi Sulsel tahun 1970 – 1982

Anggota Direksi Tambang Swasta Tana Toraja dan Jawa Barat

- Tambang Logam Sulawesi tahun 1970

- Tambang Emas PT Pisang Mas Jawa Barat tahun 1983

- Koperasi Tambang Rakyat Ampang Batu tahun 1984-1990

- Tambang Emas PT Sasak Teguh Semangat tahun 1991-1997

Teman dekat dan Kenalan atau Angkatan Kerja

- Prof. DR. J.A Katili, mantan Sekjen Direktorat SDM Deptamben RI

- Ir. Kosim Gandataruna, Dirjen Pertambangan Umum Deptambe RI

- Drs. Linus Simanjuntak, mantan Sekretaris Menteri Negara PPLH

- Robert H Carpenter, Consultan Geologist Colorado, USA

- Mr. Randa Sarungallo,mantan Advokat/pengacara Jakarta.

Kegiatan sosial :

Pendiri Kerukunan Keluarga Ma’palampang Batu-Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar